Sering kali pada saat kejadian yang tidak
menyenangkan menimpa, kita bertanya-tanya mengapa TUHAN membiarkan hal itu
terjadi? Terlebih bila selama ini kita merasa telah menjadi anak Allah yang
baik. Mengapa hal-hal buruk masih terjadi pada kita? Ada peristiwa-peristiwa
dalam hidup kita yang sulit dimengerti pada saat kita mengalaminya. Kita hanya
dapat berpasrah padaNYA, percaya bahwa DIA tidak akan memberikan yang buruk
kepada kita (bdk Yer 29:11).
Ilustrasi di bawah ini mungkin dapat membantu
kita memahami bahwa sebenarnya di balik “kemalangan” itu ada berkat yang
tersamar, yang belum kita sadari pada saat itu.
Ada sebuah kisah tentang seorang raja yang
mempunyai seorang teman baik. Temannya ini punya kebiasaan berkomentar, “Ini
bagus!” atas semua situasi dalam hidupnya, positif maupun negatif.
Suatu hari Sang Raja dan temannya pergi
berburu. Temannya mempersiapkan dan mengisikan peluru untuk senapan Sang Raja.
Kelihatannya Sang Teman melakukan kesalahan dalam mempersiapkan senjata
tersebut, karena setelah raja menerima senapan itu dari temannya, senapan itu
meletus dan mengenai jempolnya.
Seperti biasa Sang Teman berkomentar, “ Ini
bagus!”, yang oleh raja dijawab, “Tidak, ini tidak bagus!” dan raja tersebut
menjebloskan temannya ke penjara.
Kurang lebih setahun kemudian, Sang Raja
pergi berburu ke daerah yang berbahaya. Ia ditangkap oleh sekelompok orang
kanibal, kemudian dibawa ke desa mereka. Mereka mengikat tangannya dan menumpuk
kayu bakar, bersiap untuk membakarnya. Ketika mereka mendekat untuk menyalakan
kayu tersebut, mereka melihat bahwa Sang Raja tidak mempunyai jempol. Karena
percaya pada tahayul, mereka tidak pernah makan orang yang tidak utuh. Jadi
mereka membebaskan raja itu.
Dalam perjalanan pulang, raja tersebut ingat
akan kejadian yang menyebabkan dia kehilangan jempolnya dan merasa menyesal
atas perlakuannya terhadap teman baiknya. Raja langsung pergi ke penjara untuk
berbicara dengan temannya. “Kamu benar, “ katanya, “baguslah bahwa aku
kehilangan jempolku.” Dan ia menceritakan kejadian yang baru dialaminya kepada
temannya itu. “Saya menyesal telah menjebloskan kamu ke penjara begitu lama.
Saya telah berlaku jahat kepadamu.”.
“Tidak,” kata temannya,”Ini bagus!”. “Apa
maksudmu, ‘Ini bagus!’? Bagaimana bisa bagus, aku telah mengirim kamu ke
penjara selama satu tahun.” Temannya itu menjawab, “Kalau kamu tidak
memenjarakan aku, aku tadi pasti bersamamu.”
-----------------
Kehilangan jempol ataupun kebebasan karena di
penjara bukanlah hal yang menyenangkan. Namun karena 2 peristiwa itulah, Sang
Raja dan temannya tidak menemui ajalnya dalam peristiwa tahun berikutnya.
Demikian pula dalam hidup kita, ada peristiwa
yang menyebabkan kita kehilangan materi, mata pencaharian bahkan orang yang
kita kasihi. Tentu saja itu membuat kita sedih, kesal, marah, bahkan menggugat
TUHAN karenanya. Beberapa di antara kita mengalami pergumulan batin yang
panjang karena penolakan kita atas kejadian yang tidak menyenangkan ini. Ada
yang menolak begitu keras, sehingga menjauh dari TUHAN.
Namun jika kita dapat mengikuti sikap teman
raja di atas, yang secara positif menerima setiap peristiwa baik maupun buruk
dalam hidup kita, niscaya suatu hari nanti kita akan menyadari adanya
berkat-berkat yang tersamar dalam setiap peristiwa yang kita alami.
Jadi, seperti kata Anthony de Mello, marilah
belajar untuk berkata “YA” terhadap setiap peristiwa dalam hidup kita. “YA”
berarti menerima tanpa syarat segala sesuatu yang direncanakan TUHAN dalam
hidup ini. Pada saatnya nanti, kita akan dapat “melihat” berkat-berkat yang
tersamar dalam berbagai peristiwa di kehidupan kita; karena TUHAN bekerja
dengan caraNYA yang misterius, yang tidak terselami oleh keterbatasan akal kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar